TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 3.1-GALUH MUTINI PILIKAMPAI-CGP KARANGASEM
DILEMAKU, DILEMAMU
(AKU YAKIN AKU BISA)
PGP-1-Kabupaten Karangasem-Galuh Mutini Pilikampai-3.1-Aksi Nyata
Keberhasilan seorang pemimpin pembelajaran dalam
mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu keputusan yang
efektif. Keputusan-keputusan ini, secara langsung atau tidak langsung berdampak
kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid. Dalam keseharian kita
sebagai pemimpin pembelajaran kita sering kali dihadapkan pada situasi yang
membawa dilema etika. Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di
mana keputusan mengenai perilaku yang layak harus di buat (Arens dan Loebbecke,
1991). Seringkali pilihan-pilihan menantang berhubungan diantaranya adalah untuk tujuan baik atau membenarkan caranya di
akhir, penyembunyian, tak seorangpun pun tahu, semua orang melakukannya.
Berdasarkan situasi yang sering memunculkan dilema maka untuk membantu kita
mendapatkan solusi saat menghadapi dilema etika adalah dengan menggunakan 4
paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan. Secara umum ada pola, model, atau
paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan
seperti di bawah ini:
1. Individu lawan masyarakat (individual
vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan
(justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth
vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term)
Seperti yang kita ketahui, etika bersifat relatif dan bergantung
pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku maka kita memerlukan
prinsip-prinsip untuk membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus
dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144).
Ketiga prinsip tersebut adalah:
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking)
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking)
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking)
Tentu saja
4 paradigma dan 3 prinsip tidak cukup bagi seorang pemimpin pembelajaran untuk
mengambil keputusan pada saat di hadapkan dengan pilihan-pilihan yang penuh
tantangan. Pengambilan keputusan yang
baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang
terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang
akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka
mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena
dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada
faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan
bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang
akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah
analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang
akan datang.9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan akan membantu kita untuk melakukan analisis
pengujian benar atau salah terhadap situasi yang kita hadapi. 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan meliputi :
1. Mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang
relevan
4. Pengujian benar atau salah
terhadap situasi tersebut yang terdiri dari
·
Uji legal
·
Uji intuisi
·
Perasaan saat keputusan kita dipublikasikan di halaman depan
·
Keputusan apa yang akan diambil
oleh panutan/idola dalam situasi ini?
5. Menentukan paradigma yang terjadi
pada situasi tersebut
6. Menentukan prinsip yang akan kita
pilih/pakai dari tiga prinsip
7.
Melakukan Investigasi Opsi
8. Membuat keputusan
9. Melihat dan merefleksikan
keputusan kita
Pada aksi nyata kali ini sebuah kasus yang mungkin jarang terjadi tapi ternyata ada yaitu saat murid kurang pas dalam memaknai dan memahami tugas yang diberikan sehingga tugas yang dikerjakan kurang pas dengan tagihannya. Dilema yang dihadapi oleh seorang pemimpin pembelajaran disini adalah apakah akan meminta murid tersebut untuk mengulang tugasnya ataukah membiarkan saja.
Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris kelas IX semester genap sesuai dengan tagihan yang ada pada kompetensi dasar adalah murid dapat membuat iklan barang ataupun jasa. Pembelajaran dilakukan dengan daring dengan menggunakan google classroom dan WA Group. Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran beberapa kali pertemuan dan sebagai tolak ukur pemahaman murid maka saya memberikan tugas dalam bentuk ketrampilan yang bervbeda sesuai dengan minat murid. Saya bagi murid dalam kelompok-kelompok sesuai minat mereka dan membebaskan mereka untuk memilih produk iklan yang akan dibuat. Tentu saja untuk membantu mereka saya sudah persiapkan Lembar Kegiatan Murid agar dalam penyelesaian pembuatan produk dalam bentuk iklan barang atau jasa akan lebih terarah. Dan saya menyediakan waktu bagi murid yang ingin menggunakan fasilitas google meet di luar pembelajaran dengan kesepakatan jadwal. Setelah semua proses dilakukan maka hasil akhir berupa produk ketrampilan yang berbeda sesuai minat mereka harus mereka kumpulkan sesuai jadwal yang sudah ditentukan dan disepakati.
Tahap selanjutnya adalah memeriksa tugas murid dengan menggunakan rubrik penilaian yang sudah disiapkan. Dari seluruh tugas kelompok dengan produk ketrampilan berbeda, data yang diperoleh adalah sebagian besar murid membuat iklan dalam written form, yaitu seperti poster dengan memanfaatkan IT ataupun secara manual. Tidak ada yang membuat dalam bentuk audio. Dan beberapa murid yang mempunyai kemampuan lebih dalam IT, membuatnya dalam bentuk video. Semua tugas saya nilai sesuai dengan indikator yang ada pada rubrik penilaian ketrampilan. Dari beberapa video yang dibuat ada satu video yang menarik perhatian saya yaitu dari Kelompok 1, Kelas IX E yang membuat iklan buku. Reaksi saya pertama kali saat melihat video itu adalah tertawa bercampur haru karena tidak terbayang bahwa Kelompok 1 akan mengambil buku paket sekolah sebagai produk iklan buku. Sebenarnya tidak ada yang salah, tetapi ada yang mungkin harus diluruskan sedikit. Dan inilah yang membuat dilema bagi saya. Apakah saya akan membiarkan tugas mereka seperti itu ataukah saya meminta mereka untuk mengulang kembali. Di satu sisi mereka telah berusaha membuat video iklan buku tetapi di sisi lain, apa yang nereka sudah buat belum sesuai dengan indikator yang ada di rubrik penilaian. Dan seandainya saya minta mereka membuat kembali maka mereka harus memikir ulang dan membuat video yang baru dan ini akn juga menyita waktu mereka, mengingat masih ada tugas mapta pelajaran lain yang juga harus diselesaikan dan persiapn ujian sekolah.
Setelah saya pertimbangkan lagi berdasar paradigma pengambilan keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan, serta kemampuan mereka dalam bidang membuat video sederhana maka saya coba untuk tawarkan mereka dengan terlebih dahulu menjelaskan bahwa ada sedikit yang perlu diperbaiki di video iklan buku nereka. Langkah pertama yang saya ambil adalah mengajak mereka melihat kembali video iklan mereka dan berdiskusi lagi tentang materi iklan. Tidak menyalahkan mereka tetapi mengajak mereka untuk berpikir lagi agar tugas mereka sesuai dengan konsep iklan komersial. Akhirnya setelah berdiskusi dengan model coaching, mereka mau memperbaiki iklan mereka agar lebih sempurna dengan konsep yang benar. Untuk meringankan mereka, maka saya memberikan kelonggaran waktu untuk pengumpulannya, karena terbentur ujian sekolah dan tugas-tugas mata pelajaran yang lainnya. Dan saya juga siap untuk mendampingi mereka dalam menyelesaikan tugas mereka.
Meskipun aksi nyata ini saya rasakan sederhana karena hanya melibatkan saya dan murid tetapi saya berharap bahwa mereka akan menjadikan sebagai suatu pengalaman yang berkesan pada satu saat di masa depan. Sementara bagi saya sendiri, untuk meminta mereka mengulang kembali juga tidak mudah, tetapi dengan menerapkan ketiga prinsip untuk membantu mengambil keputusan maka saya tidak ragu lagi untuk meminta mereka mengulang tugas mereka. Saya sangat menikmati prosesdalam kegiatan ini karena tidak hanya mereka saja yang belajar tetapi saya pun dapat sesuatu yang baru dan bisa menerapkan apa yang sudah saya dapatkan dimodul yang sebelumnya. Dan yang paling penting saya ingin juga murid saya menikmati prosesnya dan menyelesaikan tugasnya dengan gembira.
Tidak ada yang paling membahagiakan bagi seorang guru kecuali pada saat melihat waja-wajah bahagia ketika belajar bersama guru dan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dan bermakna dari pembelajaran kita. Dan itulah yang menjadikan saya untuk terus memperbaiki strategi-strategi dalam pembelajaran baik di ruang-ruang kelas maupun di lingkungan sekolah.
Pertemuan Ke-1: Bincang-bincang santai dan Coaching terkait pengulangan tugas |
Komentar
Posting Komentar